Minggu, 23 September 2012

KONDISI SUNGAI WAY SEPUTIH

Sungai Way Seputih - Lampung Tengah
 
Debit Air Sungai Kian Menyusut
PDF Print E-mail
 
Kamis, 02 August 2012 06:45

GUNUNGSUGIH (Lampost): Dampak kemarau semakin terasa di beberapa daerah di Lampung. Hampir seluruh sungai mengalami penyusutan yang menimbulkan kekeringan dan bisa berdampak pada kegagalan panen di Lampung Tengah, Lampung Timur, dan Pringsewu. 

Kedalaman seluruh sungai di Lampung Tengah (Lamteng) umumnya tinggal 25—50 cm. Para petani pun mulai kesulitan air untuk menyirami tanamannya, sumur sejumlah warga juga mulai kering, dan peternak kesulitan mendapat rumput segar.

Penelusuran Lampung Post, debit air Way Seputih yang biasanya berkisar antara 3 meter dan 4 meter kini rata tinggal sekitar 50 cm. Padahal, sungai terbesar dan terpanjang di Lamteng ini bermata air dari air terjun Curup Tujuh di Selagailingga, yang berbatasan dengan Tanggamus, Lambar, dan Lampura.

Debit air sungai lain yang lebih kecil, seperti Pengubuan, Tipo, Punggur, lebih minim lagi. Apalagi sejumlah anak sungai dari sungai-sungai besar itu debit airnya rata-rata hanya tinggal sekitar 20—30 cm. Sebab, curah hujan sangat rendah dan sebagian besar areal sawah beririgasi teknis tidak mendapat jatah taman gaduh.

Para petani pun kini sulit mendapatkan air untuk menyirami tanamannya. Sebab, penduduk di hulu sungai atau anak sungai umumnya membendung aliran air untuk persediaan. Dengan begitu, yang di hilir menunggu adanya limpahan dari yang di hilir. "Habis mau bagaimana lagi. Kalau enggak begini, tanaman jagung saya bisa mati, Mas," ujar Wagiran.

Menurut petani di bilangan Astomulyo, Punggur itu, kebiasaan membendung aliran sungai—seperti yang dia lakukan atas Way Bilu (anak Sungai Seputih)—merupakan hal biasa. "Itu pun kadang harus kami tunggu dari sore dan baru bisa kami sedot jam-jam 10 malam, Mas. Kalau enggak, baru sedot sebentar sudah habis," ujar Yudi, petani jagung di Bulusari, Bumiratu Nuban.

Sumur warga di sekitar Way Seputih dan Pengubuan juga banyak yang mulai mengering. Air yang tinggal beberapa liter, umumnya mereka ambil untuk diendapkan lebih dulu. "Itu yang untuk masak dan minum. Kalau untuk cuci dan mandi, kita ya ke kali, Mas," ujar Ahmad, warga di dekat Way Pengubuan. Hal yang sama juga dilakukan sejumlah warga Gunungsugih.

Di Lampung Timur (Lamtim), petani harus menyedot air dengan pompa air agar ribuan hektare tanaman jagung tetap bisa dipanen. "Petani jagung harus memberikan air tanaman mereka dengan cara menyedot dengan menggunakan genset, terutama tanaman yang baru tanam bulan Juni masih sangat memerlukan air," kata Kepala Dinas Pertanian Lamtim M. Yusuf H.R., Rabu (1-8).

Yusuf mengatakan tanaman jagung di Lampung Timur saat ini seluas 20.883 hektare. Dari jumlah tersebut tersebar di 18 kecamatan. Masa tanam jagung bervariasi, pada April seluas 3.940 ha, Mei 12.069 ha, dan Juni 4.876 ha.

Selain itu, kata dia, tanaman kedelai seluas 636 hektare juga terancam gagal panen jika pada Agustus sama sekali tidak ada hujan. Dari 636 hektare tersebar di 7 kecamatan, yaitu Kecamatan Batanghari, Bandarsribhawono, Brajaselebah, Pekalongan, Sukadana, Raman Utara, dan Purbolinggo. (NUD/GUS/WID/U-2)

sumber : http://www.lampungpost.com