Kamis, 09 Juni 2011

SUMBER DAYA ALAM

Kabupaten Lampung Tengah
 
Ladang Padi
BAGI penduduk Sumatera, tak perlu jauh-jauh pergi ke Bali untuk mendapatkan suasana Bali. Di ujung selatan Pulau Sumatera, tepatnya di Kabupaten Lampung Tengah, terdapat desa yang dihuni masyarakat Bali. Kekhasan Bali tersebut tampak di beberapa desa di Kecamatan Seputih Raman, Seputih Banyak, dan Seputih Mataram. Setiap rumah mempunyai tempat ibadah sendiri, berbentuk pura kecil. Suasana Jawa juga cukup mendominasi kabupaten berpenduduk satu juta jiwa ini. Nama-nama seperti Kalirejo, Surabaya, Mojokerto, Sidoarjo, dan Purwodadi kerap dipergunakan sebagai nama kecamatan dan desa. Bahasa sehari-hari yang digunakan mayoritas masyarakat di sana pun bahasa Jawa. Sejarah kolonialisasi dan transmigrasi membentuk Lampung Tengah kaya akan budaya Bali, Jawa, dan Lampung.

Kabupaten Lampung Tengah merupakan daerah pertanian. Tradisi Bali dan Jawa sekurangkurangnya memperkuat kondisi agraris ini. Tahun 2000 pertanian menyumbang Rp 1,8 trilyun kegiatan ekonomi kabupaten yang besarnya Rp 3,5 trilyun. Di antara berbagai lapangan usaha di dalam pertanian, tanaman bahan makanan menjadi unggulan, dengan tanaman ubi kayu dan jagung sebagai primadona. Oleh karena itu, tak mengherankan kalau kedua komoditas ini, selain padi, menjadi bagian dari logo kabupaten tersebut.

Ubi kayu merupakan tanaman rakyat yang dikembangkan pada 107.077 hektar lahan kering. Sentra pengembangan ada di Kecamatan Rumbia, Seputih Banyak, dan Gunung Sugih. Produksinya tahun 2001 tercatat 1.258.749 ton, terbesar di antara tanaman bahan makanan lainnya. Produksi yang berlimpah itu digunakan sebagai bahan baku industri tepung tapioka dan gaplek. Sayangnya, harga jual ubi kayu sering tidak menentu di pasaran. Hal ini memukul petani dan mempengaruhi upaya mereka mengoptimalkan garapan. Pemerintah kabupaten sedang mengupayakan industri hilir tapioka untuk mendorong peningkatan harga ubi kayu, seperti industri kimia dekstrin, maltosa, glukosa, alkohol, fruktosa, dan industri penyedap masakan (Monosodium glutamate). Produksi jagung sebesar 311.064 ton pada tahun yang sama. Luas lahan panen 106.870 hektar. Produk yang dikembangkan adalah jagung hibrida, yang dipasarkan dalam bentuk pipilan kering. Jagung ini dimanfaatkan sebagai bahan baku industri pakan ternak ayam dan sapi. Seperti ubi kayu, harga jual menjadi kendala karena kondisinya tidak sesuai dengan kualitas yang diminta perusahaan besar. Selain ubi kayu dan jagung, lahan yang punya potensi adalah perkebunan. Karet, kelapa sawit, kopi, lada, kelapa dalam, dan kakao merupakan tanaman perkebunan yang cocok dikembangkan. Kelapa sawit sebagai andalan utama perkebunan menyumbang produksi 104.070 ton dengan luas areal 14.036 hektar tahun 2001. Komoditas kelapa sawit ini dari perkebunan rakyat, perkebunan swasta, dan perkebunan negara (PTPN VII Bekri).

Kabupaten Lampung Tengah kaya akan tanaman bahan makanan. Kekayaan ini menopang industri pengolahan di sana menjadi bahan baku agroindustri. Industri pengolahan menyumbang Rp 583,73 milyar terhadap kegiatan ekonomi tahun 2000. Tidak hanya tanaman bahan makanan unggulan seperti ubi kayu dan jagung, nenas juga menjadi bahan baku yang potensial diolah, kemudian dimasukkan ke dalam kaleng sebagai komoditas ekspor. Industri skala besar antara lain minyak kelapa sawit, tepung tapioka, sortase jagung, makanan ternak, karet, dan gula putih. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lampung Tengah mencatat 53 unit usaha tahun 2001. Semua industri tersebut berpeluang meningkatkan investasi. Sampai semester II tahun 2000, realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sekitar Rp 2,6 trilyun. Industri tepung tapioka merupakan industri skala besar yang paling berkembang di Lampung Tengah.

Ada sekitar 41 industri tersebar di kecamatan Terbangi Besar, Gunung Sugih, Bumi Ratu Nuban, Seputih Banyak, Bumi Nabung, Rumbia, Seputih Surabaya, Kalirejo, dan Punggur. Sayangnya, industri berbahan baku ubi kayu tersebut menimbulkan dampak negatif pada lingkungan. Limbahnya menimbulkan pencemaran udara. Bau yang ditimbulkan bisa tercium sampai radius 25 kilometer. Belum lagi limbah cair yang mencemari sungai-sungai di Lampung Tengah. Sebenarnya hasil limbah bisa dimanfaatkan sebagai biogas. Namun, pengembangannya masih belum dapat direalisasikan. Tidak hanya industri skala besar saja yang berkembang. Industri-industri kecil kerajinan rakyat seperti sulaman usus, tapis, kerajinan rotan, mebel bambu, bordir, ukiran kayu, lilin sereh wangi, tatah sungging kulit, dan dodol tape cukup potensial dalam kegiatan ekonomi. Tahun 2001, tercatat 3.116 unit usaha tersebar merata di 26 kecamatan dan menyerap 162.265 tenaga kerja. Kabupaten

Lampung Tengah dengan visi agrobisnis memberi tempat bagi perdagangan besar dan eceran dalam mendistribusikan hasil pertanian dan produk olahan agroindustri. Lapangan usaha perdagangan menyumbang Rp 438,52 milyar dalam kegiatan ekonomi tahun 2000. Letak geografis Lampung Tengah di jalur Transsumatera dan merupakan titik temu perdagangan beberapa kabupaten dan kota, mendukung kondisi ini. Bandar Jaya yang termasuk dalam wilayah pengembangan Lampung Tengah bagian tengah ditunjuk sebagai pusat pengembangan dan pelayanan perdagangan dan jasa. Untuk mewujudkannya, pemerintah daerah merencanakan proyek pengembangan kawasan berikat dan jasa mulai tahun 2003. Diharapkan dengan adanya proyek tersebut, Pendapatan Asli Daerah (PAD) Lampung Tengah yang pada tahun anggaran 2001 besarnya Rp 7,06 milyar, dapat ditingkatkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar