GUNUNGSUGIH
(Lampost): Dampak kemarau semakin terasa di beberapa daerah di Lampung.
Hampir seluruh sungai mengalami penyusutan yang menimbulkan kekeringan
dan bisa berdampak pada kegagalan panen di Lampung Tengah, Lampung
Timur, dan Pringsewu.
Kedalaman
seluruh sungai di Lampung Tengah (Lamteng) umumnya tinggal 25—50 cm.
Para petani pun mulai kesulitan air untuk menyirami tanamannya, sumur
sejumlah warga juga mulai kering, dan peternak kesulitan mendapat rumput
segar.
Penelusuran Lampung Post,
debit air Way Seputih yang biasanya berkisar antara 3 meter dan 4 meter
kini rata tinggal sekitar 50 cm. Padahal, sungai terbesar dan
terpanjang di Lamteng ini bermata air dari air terjun Curup Tujuh di
Selagailingga, yang berbatasan dengan Tanggamus, Lambar, dan Lampura.
Debit
air sungai lain yang lebih kecil, seperti Pengubuan, Tipo, Punggur,
lebih minim lagi. Apalagi sejumlah anak sungai dari sungai-sungai besar
itu debit airnya rata-rata hanya tinggal sekitar 20—30 cm. Sebab, curah
hujan sangat rendah dan sebagian besar areal sawah beririgasi teknis
tidak mendapat jatah taman gaduh.
Para
petani pun kini sulit mendapatkan air untuk menyirami tanamannya. Sebab,
penduduk di hulu sungai atau anak sungai umumnya membendung aliran air
untuk persediaan. Dengan begitu, yang di hilir menunggu adanya limpahan
dari yang di hilir. "Habis mau bagaimana lagi. Kalau enggak begini,
tanaman jagung saya bisa mati, Mas," ujar Wagiran.
Menurut
petani di bilangan Astomulyo, Punggur itu, kebiasaan membendung aliran
sungai—seperti yang dia lakukan atas Way Bilu (anak Sungai
Seputih)—merupakan hal biasa. "Itu pun kadang harus kami tunggu dari
sore dan baru bisa kami sedot jam-jam 10 malam, Mas. Kalau enggak, baru sedot sebentar sudah habis," ujar Yudi, petani jagung di Bulusari, Bumiratu Nuban.
Sumur
warga di sekitar Way Seputih dan Pengubuan juga banyak yang mulai
mengering. Air yang tinggal beberapa liter, umumnya mereka ambil untuk
diendapkan lebih dulu. "Itu yang untuk masak dan minum. Kalau untuk cuci
dan mandi, kita ya ke kali, Mas," ujar Ahmad, warga di dekat Way Pengubuan. Hal yang sama juga dilakukan sejumlah warga Gunungsugih.
Di
Lampung Timur (Lamtim), petani harus menyedot air dengan pompa air agar
ribuan hektare tanaman jagung tetap bisa dipanen. "Petani jagung harus
memberikan air tanaman mereka dengan cara menyedot dengan menggunakan
genset, terutama tanaman yang baru tanam bulan Juni masih sangat
memerlukan air," kata Kepala Dinas Pertanian Lamtim M. Yusuf H.R., Rabu
(1-8).
Yusuf
mengatakan tanaman jagung di Lampung Timur saat ini seluas 20.883
hektare. Dari jumlah tersebut tersebar di 18 kecamatan. Masa tanam
jagung bervariasi, pada April seluas 3.940 ha, Mei 12.069 ha, dan Juni
4.876 ha.
Selain
itu, kata dia, tanaman kedelai seluas 636 hektare juga terancam gagal
panen jika pada Agustus sama sekali tidak ada hujan. Dari 636 hektare
tersebar di 7 kecamatan, yaitu Kecamatan Batanghari, Bandarsribhawono,
Brajaselebah, Pekalongan, Sukadana, Raman Utara, dan Purbolinggo. (NUD/GUS/WID/U-2)
sumber : http://www.lampungpost.com
|