Sabtu, 09 Februari 2013

DATA KEPENDUDUKAN

DATA JUMLAH PENDUDUK KAMPUNG PEKANDANGAN
BERDASARKAN SENSUS PENDUDUK 2010

No
Dusun
KK
Perempuan
Laki-laki
Bangunan Fisik
1
Asiam
100
181
376
109
2
Umbul Sendang
37
76
72
40
3
Way Kijang
76
131
180
91
4
Riung gunung
34
52
57
35
Jumlah
247
436
498
275
    
Total jumlah jiwa (populasi) = 934 orang

Jumat, 08 Februari 2013

SAPRAS PEKANDANGAN


Akses jembatan gantung memasuki Dusun 3 Way Kijang. Foto diambil dari sisi Way Kijang. Latar belakang masuk wilayah Kampung Margajaya (desa tetangga sebelah utara)

 Akses jalan ke atau dari Dusun 2 Umbul Sendang. Tampak Bapak Sekdes sedang mendaki tanjakan selesai sidak dari Umbul Sendang. Jalan ini masuk wilayah Desa Linggapura (Desa tetangga sebelah utara)

Sekolah dasar negeri 1 pekandangan (satu atap ) dengan SMP, terletak di dusun 3 Way Kijang


Akses Jembatan gantung memasuki dusun 1 Asiam "komplek Pemda" Latar belakang (sebrang sungai Way Seputih) masuk teretorial wilayah Kampung Linggapura.Foto dibidik dari sisi Asiam (tapal batas). Zona Ekonomi Ekslusip ada di tengah - tengah Sungai Way Seputih.

  Balai Kampung Pekandangan


 

Dusun 3 Way Kijang tampak dari kejauhan, konon tempat ini dahulu biasa dipergunakan oleh Kijang sebagai tempat beristirahat (sunda : Paniisan ). Hingga sekarang tempat ini cocok untuk beristirahat karena udaranya sejuk hawa pegunungan Tangkit Tebak.     

Pembangkit listrik mikro hidro di pinggir sungai Way Seputih  dusun 2 (Umbul Sendang).Pembangkit ini berkapasitas 8000 Watt, dibangun dengan biaya swadaya murni masyarakat sebesar Rp.18.000.000.

                       
 Salah satu pemandangan di sudut kampung (mirip Candi Borobudur)


Pemandangan di dusun 2 (umbul Sendang), foto diambil awal Mei 2010

Aliran Sungai Way Seputih sekaligus batas kampung dengan Linggapura dan Margajaya di sebelah utara, jernih, asri, sumber air dan kehidupan. Membentang dari Pekandangan (hulu) hingga Lampung Timur (muara) Laut Jawa. Jika di tarik garis lurus  maka panjang sungai kurang lebih berjarak 300 Km.


Minggu, 23 September 2012

KONDISI SUNGAI WAY SEPUTIH

Sungai Way Seputih - Lampung Tengah
 
Debit Air Sungai Kian Menyusut
PDF Print E-mail
 
Kamis, 02 August 2012 06:45

GUNUNGSUGIH (Lampost): Dampak kemarau semakin terasa di beberapa daerah di Lampung. Hampir seluruh sungai mengalami penyusutan yang menimbulkan kekeringan dan bisa berdampak pada kegagalan panen di Lampung Tengah, Lampung Timur, dan Pringsewu. 

Kedalaman seluruh sungai di Lampung Tengah (Lamteng) umumnya tinggal 25—50 cm. Para petani pun mulai kesulitan air untuk menyirami tanamannya, sumur sejumlah warga juga mulai kering, dan peternak kesulitan mendapat rumput segar.

Penelusuran Lampung Post, debit air Way Seputih yang biasanya berkisar antara 3 meter dan 4 meter kini rata tinggal sekitar 50 cm. Padahal, sungai terbesar dan terpanjang di Lamteng ini bermata air dari air terjun Curup Tujuh di Selagailingga, yang berbatasan dengan Tanggamus, Lambar, dan Lampura.

Debit air sungai lain yang lebih kecil, seperti Pengubuan, Tipo, Punggur, lebih minim lagi. Apalagi sejumlah anak sungai dari sungai-sungai besar itu debit airnya rata-rata hanya tinggal sekitar 20—30 cm. Sebab, curah hujan sangat rendah dan sebagian besar areal sawah beririgasi teknis tidak mendapat jatah taman gaduh.

Para petani pun kini sulit mendapatkan air untuk menyirami tanamannya. Sebab, penduduk di hulu sungai atau anak sungai umumnya membendung aliran air untuk persediaan. Dengan begitu, yang di hilir menunggu adanya limpahan dari yang di hilir. "Habis mau bagaimana lagi. Kalau enggak begini, tanaman jagung saya bisa mati, Mas," ujar Wagiran.

Menurut petani di bilangan Astomulyo, Punggur itu, kebiasaan membendung aliran sungai—seperti yang dia lakukan atas Way Bilu (anak Sungai Seputih)—merupakan hal biasa. "Itu pun kadang harus kami tunggu dari sore dan baru bisa kami sedot jam-jam 10 malam, Mas. Kalau enggak, baru sedot sebentar sudah habis," ujar Yudi, petani jagung di Bulusari, Bumiratu Nuban.

Sumur warga di sekitar Way Seputih dan Pengubuan juga banyak yang mulai mengering. Air yang tinggal beberapa liter, umumnya mereka ambil untuk diendapkan lebih dulu. "Itu yang untuk masak dan minum. Kalau untuk cuci dan mandi, kita ya ke kali, Mas," ujar Ahmad, warga di dekat Way Pengubuan. Hal yang sama juga dilakukan sejumlah warga Gunungsugih.

Di Lampung Timur (Lamtim), petani harus menyedot air dengan pompa air agar ribuan hektare tanaman jagung tetap bisa dipanen. "Petani jagung harus memberikan air tanaman mereka dengan cara menyedot dengan menggunakan genset, terutama tanaman yang baru tanam bulan Juni masih sangat memerlukan air," kata Kepala Dinas Pertanian Lamtim M. Yusuf H.R., Rabu (1-8).

Yusuf mengatakan tanaman jagung di Lampung Timur saat ini seluas 20.883 hektare. Dari jumlah tersebut tersebar di 18 kecamatan. Masa tanam jagung bervariasi, pada April seluas 3.940 ha, Mei 12.069 ha, dan Juni 4.876 ha.

Selain itu, kata dia, tanaman kedelai seluas 636 hektare juga terancam gagal panen jika pada Agustus sama sekali tidak ada hujan. Dari 636 hektare tersebar di 7 kecamatan, yaitu Kecamatan Batanghari, Bandarsribhawono, Brajaselebah, Pekalongan, Sukadana, Raman Utara, dan Purbolinggo. (NUD/GUS/WID/U-2)

sumber : http://www.lampungpost.com

Sabtu, 18 Juni 2011

WAY SEPUTIH TERCEMAR 24 JUTA METER KUBIK LIMBAH TIAP TAHUN

Sekitar 24 juta meter kubik (m3) limbah industri dari berbagai perusahaan besar, menengah, dan kecil masuk dan mencemari sungai-sungai yang ada di wilayah Kabupaten Lampung Tengah setiap tahunnya.

Hal itu dikemukakan Wakil Bupati Lampung Tengah Syamsi Achmad, pada acara pucak peringatan Hari Air Sedunia (HAS) ke X/2002 tingkat Provinsi Lampung, di kawasan kolam ikan Instalasi Pengolahan Limbah (Ipal) bioindikator pabrik gula PT Gunung Madu Plantation (GMP) Lampung Tengah, Sabtu (23/3).

Acara dihadiri Gubernur Lampung Drs H Oemarsono, Ketua Bapedalda Lampung Ir Syamsuddin Rachmat, General Manajer PT GMP HM Jimy Maksun, dan para pejabat dinas/instansi se-Lampung lainnya.

Menurut Syamsi Achmad, di daerahnya terdapat sebanyak 54 buah perusahaan skala besar dan menengah serta 321 perusahaan skala kecil, yang limbahnya mencapai sekitar 24 juta m3 mengalir ke sungai-sungai setiap tahunnya.

Itu belum termasuk 24 perusahaan lainnya, yang jika tidak diatasi maka akan merusak kualitas air sungai-sungai di sana.

Karena itu, lanjutnya, di Kabupaten Lampung Tengah telah dicanangkan program Way Dawak atau Sungai yang Bersih, di samping kelompok petani pencinta air dan kelompok industri sadar lingkungan.

Wakil Bupati Lampung Tengah itu juga menyadari bahwa semua kebutuhan hidup sangat membutuhkan air, namun daya dukung air tersebut telah banyak terkena degradasi, mulai dari hulu hingga ke hilir sungai, karenanya butuh penanganan yang serius untuk mengatasinya.

Sungai-sungai di Lampung Tengah yang tercemar oleh limbah-limbah industri antara lain Sungai Seputih, Sungai Pengubuan, Sungai Terusan, dan Sungai Pegadungan.

Meski demikian, Syamsi Achmad mengatakan, upaya untuk mengatasi pencemaran air sungai itu ada yang mulai berhasil, antara lain dengan dipanennya ikan di keramba apung di sungai setempat pada awal Maret 2002 lalu dan cukup berhasil serta dinikmati masyarakat. 

Sementara itu, Ketua Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Provinsi Lampung Ir Syamsuddin Rahmat melaporkan, upaya Program Kali Bersih (Prokasih) di Lampung yang digalakkan sejak tiga tahun lalu sudah membawa hasil yang cukup menggembirakan.